PENGAJIAN PDM AHAD 12 JUN 2016/7 RAMADHAN
1437 H
Di MASJID USWATUN KHASANAH, GDM SLAWI
MC: HERI
SAMBUTAN :
KETUA PDM
·
Ciri muttaqin : gemar infaq. Lazis.
H. ALI
MUHSON: PWM JAWA TENGAH
Tema : Semangat beribadah dan berjuang dijalan Allah SWT
·
Pengajian ruhnya Muhammadiyah
·
Tema: Semangat beribadah dan berjuang dijalan Allah SWT.
(Bekal ruhiyah di bulan Ramadhan)
·
1. Beribadah harus dengan yakin & sungguh2: QS.22.
Al Hajj : 11
Point Kajian Dhuha di GDM bersama Ust Ali Muhson (PWM
Jateng).
.{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ
يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ
فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ
الْمُبِينُ (11) يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنْفَعُهُ
ذَلِكَ هُوَ الضَّلالُ الْبَعِيدُ (12) يَدْعُو لَمَنْ ضَرُّهُ أَقْرَبُ مِنْ نَفْعِهِ
لَبِئْسَ الْمَوْلَى وَلَبِئْسَ الْعَشِيرُ
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di
tepi. Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu; dan
jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di
dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah keraguan yang nyata. Ia menyeru
selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudarat dan
tidak (pula) memberi manfaat kepadanya. Yang demikian itu adalah
kesesatan yang jauh. Ia menyeru sesuatu yang sebenarnya mudaratnya lebih dekat
daripada manfaatnya. Sesungguhnya yang diserunya itu adalah sejahat-jahat
penolong dan sejahat-jahat kawan.
Mujahid dan Qatadah serta lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: dengan berada di tepi. (Al-Hajj: 11) Yakni berada dalam
keraguan.
Yang lainnya selain mereka mengatakan berada di tepi, seperti di tepi
sebuah bukit.
Dengan kata lain, ia masuk Islam dengan hati yang tidak sepenuhnya; jika
menjumpai hal yang disukainya, ia tetap berada dalam Islam; dan jika tidak,
maka ia kembali kafir.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul
Haris, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Bukair, telah menceritakan
kepada kami Israil, dari Abul Husain, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya:Dan di antara manusia ada orang yang
menyembah Allah dengan berada di tepi.(Al-Hajj: 11) Dahulu seorang lelaki
datang ke Madinah. Jika istrinya melahirkan bayi laki-laki serta kudanya
beranak pula, maka ia mengatakan bahwa Islam adalah agama yang baik (membawa
keberuntungan). Tetapi jika istrinya tidak melahirkan serta kudanya tidak
melahirkan juga, maka ia mengatakan bahwa Islam adalah agama yang buruk
(pembawa kesialan).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul
Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman, telah
menceritakan kepadaku ayahku, dari ayahnya, dari Asy'as ibnu Ishaq Al-Qummi,
dari Ja'far ibnu Abul Mugirah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa dahulu ada segolongan orang Badui datang kepada Nabi Saw. lalu
masuk Islam. Bila mereka telah kembali ke kampung halaman mereka, lalu mereka
menjumpai musim hujan dan musim subur serta musim melahirkan anak yang banyak,
maka mereka berkata, "Sesungguhnya agama kita adalah agama yang
baik," maka mereka berpegangan kepadanya. Tetapi bila mereka menjumpai
tahun kekeringan dan paceklik serta jarang adanya kelahiran, maka mereka
berkata, "Tiada suatu kebaikan pun pada agama kita ini." Maka Allah
Swt. menurunkan kepada Nabi-Nya ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan di
antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika
ia memperoleh kebaikan, tetaplah ia dalam keadaan itu. (Al-Hajj: 11),
hingga akhir ayat.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa seseorang dari mereka
apabila tiba di Madinah yang terletak tidakjauh dari tempat tinggal mereka,
maka jika tubuhnya sehat selama di Madinah dan Kudanya melahirkan anak serta
istrinya beranak laki-laki, ia puas dan tenang terhadap agama Islam yang baru
dipeluknya; lalu ia mengatakan bahwa sejak ia masuk Islam tiada yang ia peroleh
kecuali kebajikan belaka.
Kajian kedua :
وَكَأَيِّنْ
مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
() وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا
وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ
الْكَافِرِينَ () فَآَتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآَخِرَةِ
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar
dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana
yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah
(kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do`a
mereka selain ucapan: “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan
tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah
pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.Karena itu Allah
memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan… Qs.3:146-148
ayat ini berkaitan dengan peristiwa perang Uhud. Ketika Rasul SAW
terjatuh dari kudanya dan terluka, ada yang menghembuskan isue bahwa Rasul
wafat pada saat itu. Issu tersebut menimbulkan kegundahan dan kekawatiran bagi
sebgian kaum muslimin yang sedang berjihad. Ayat ini sebagai teguran mengapa
mereka merasa lemah, kawatir, atau gundah bukankah dulu juga banyak nabi dan
rasul yang berperang bersama pengikutnya tak gentar tatkala terkena mushibat
Walau mereka menghadapi tantangan yang berat, tidaklah menjadi lemah,
lesu aupun menyerah. Secara histories ayat ini memberikan peringatan pada kaum
muslimin yang dilanda kekhawatiran akibat berita wafatnya Rasul SAW di tengah
kecamuk perang Uhud. Dengan demikian seakan bertanya, mengapa kalian merasa
lemah, lesu, patah semangat gara-gara isu yang belum tentu benar. Bukankan para
nabi dan pengikutnya di masa silam juga menghadapi berbagai tantangan? Jangan
dikira membela yang benar itu selalu lancar.
Hati2 dg penyakit wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati.
Hadits tentang penyakit wahn,
عَنْ
ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ
تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ». فَقَالَ قَائِلٌ
وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ « بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ
غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ
مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ». فَقَالَ قَائِلٌ يَا
رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ « حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ ».
Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen)
mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul
menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai
Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan
kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh
air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan
dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?”
Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad 21363)
Secara tersirat ayat ini membertikan bimbingan bahwa dalam memperjuangkan
al-islam mesti terhindar dari sifat (1) وَهَنُوا merasa hina, atau turun
semangat disebabkan oleh kekhawatiran; (2) ضَعُفُوا lemah semangat tidak berani
menghadapi mausuh atau tantangan, disebabkan anggapan bahwa musuh lebih kuat
atau lebih tinggi darina; (3) اسْتَكَانُو menyerah pada nasib, atau putus
asa, hingga berhenti tidak mau bergerak.
Do’a yang dipanjatkan mujahid da’wah ialah
رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا
عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa
kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan
tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”
No comments:
Post a Comment